Thursday, August 23, 2018
Fungsi Dialog dalam Teks Fiksi
Fungsi Dialog dalam Teks Fiksi
Setiap kali membaca teks cerita fiksi kita selalu menemukan adanya orang-orang tertentu yang sedang bercakap-cakap, berdebat atau bahkan meluapkan kemarahan. Kita langsung merasa bahwa itu seolah-olah sebuah peristiwa sebenarnya, bukan lagi kisah rekaan. Perasaan dan pikiran kita terbawa hanyut masuk ke dalam cerita. Karena, kita telah menanggapi dunia yang disajikan dalam teks fiksi sebagai peristiwa faktual. Hal ini disebabkan kehadiran tokoh-tokoh yang sedang berinteraksi yang menghidupkan cerita melalui serangkaian dialog mereka.
Bayangkan apa jadinya sebuah teks cerita fiksi yang tidak memuat secuil dialog pun di antara tokoh cerita? Barangkali ketika kita membacanya muncul perasaan bosan. Sebab, kita hanya diberi �gambaran bisu� yang monoton, minim adegan dan terasa hambar.
Bayangkan apa jadinya sebuah teks cerita fiksi yang tidak memuat secuil dialog pun di antara tokoh cerita? Barangkali ketika kita membacanya muncul perasaan bosan. Sebab, kita hanya diberi �gambaran bisu� yang monoton, minim adegan dan terasa hambar.
Oleh karenanya, dialog mau tak mau mesti termuat dalam teks cerita fiksi apapun jenisnya. Dialog memang berperan penting. Apa fungsinya? Mari kita selidiki bersama.
1. Dialog memungkinkan pembaca untuk terlibat aktif dalam penceritaan. Melalui dialog, pembaca teks cerita fiksi akan diarahkan masuk ke dalam posisi percakapan interaktif. Ia akan menanggapi cerita dengan pikiran dan perasaannya untuk mencari tahu apa yang tersirat, maksud dan tujuan di balik ekspresi verbal tiap tokoh cerita yang sedang terlibat dalam satu percakapan.
2. Dialog bersifat mengungkapkan kondisi psikis tokoh dan peranannya dalam perkembangan cerita. Pembaca dapat memahami bagaimana sifat-sifat tiap tokoh, menemukan posisinya dalam cerita apakah sebagai protagonis atau malah antagonis.
3. Dialog dapat menciptakan krisis atau menimbulkan konflik cerita. Ketika disajikan perdebatan sengit antara dua tokoh cerita terhadap suatu soal, ini secara langsung memunculkan ketegangan yang menggerakkan cerita.
4. Dialog mengubah status fiksional dari teks cerita fiksi menjadi faktual. Hal ini disebabkan adanya penggambaran suasana dari peristiwa tertentu dalam cerita yang �seolah-olah terjadi� sebagaimana kenyataan faktual sehari-hari. Ada orang-orang yang sedang bercakap-cakap dalam waktu dan tempat tertentu, yang memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi di dunia nyata.
5. Dialog mampu menyajikan kesan sinematik pada teks cerita fiksi. Cerita tersaji ke hadapan pembaca sebagai rangkaian peristiwa hidup yang menarik perhatian, bukan seperti sedang didiktekan oleh pengarang sebagai penjelasan ulang secara naratif.
Jadi kalau kita hendak mengarang sebuah cerita fiksi yang hidup, penyajian dialog yang menggerakkan cerita melalui krisis dan penyelesaian, mengungkapkan keterlibatan aktif tiap tokoh amat berperan penting guna menopang cerita. Sebuah cerita akan terkesan hidup dengan adanya dialog, dan menawarkan pada pembaca untuk terlibat masuk ke dalam dunia fiksi dengan sukarela.